Sabtu, 20 April 2013

Perdukunan di Era Globalisasi


Temen – temen bloogerr pada tau ga sihh apaa itu “Dukun” , tentu kalian udah pada sering denger donk tentang kata Dukun ?? kalau kalian ingin tau bagaimana siihh Perdukunan saat ini dalam Era Globalisasi. Cekidott berikut adalah tulisan dan kutipan saya tentang materi tugas Softskill saya yang kali ini.
Dukun,apa yang anda pikirkan tentang arti kata tersebut setelah mendengarnya mungkin sebagian banyak orang jika sudah mendengar kata tersebut berhubungan dengan hal-hal ghaib atau  negatif,yang sebenarnya itu bertentangan dengan agama.Sebenarnya definisi dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi seperti mantra, guna-guna, dan lain sebagainya.Dukun sangat kental dengan tradisi kebudayaan Jawa sebagai penolong orang sakit atau tabib, perantara dunia nyata dengan dunia gaib, dan juga dipakai sebagai simbol adat pada setiap upacara tradisional.Perdukunan sangat erat dengan kepercayaan akan para leluhur seperti animisme dan dinamisme di Indonesia, seperti dalam tradisi Jawa, Sunda, Madura, dan Dayak.
       Sebenarnya dukun dan perdukunan bukanlah sesuatu yang baru atau asing dalam sejarah kehidupan manusia.Keberadaannya sudah sangat lama, bahkan sebelum datangnya Islam dan diutusnya Nabi kita Muhammad,dukun sudah ada contohnya saja seperti zaman Firaun,dimana pada saat itu firaun mempunyai banyak dukun untuk meramalkan kejadian apa yang akan terjadi pada masa depan Mesir dan dirinya.Dukun Firaun itu juga diperintahkan untuk melawan Nabi Musa as.Di Indonesia, praktik perdukunan memiliki akar yang kuat dalam sejarah bangsa,bahkan dukun dan politik seperti simbiosis mutualisme,dimana keduanya saling membutuhkan.Dijaman globalisasi seperti ini,politik untuk merebut kekuasaan pada zaman kerajaan di Indonesia pramodern selalu ditopang dengan kekuatan magis.karena menurut mereka jika tidak ditopang dengan kekuatan magis,mereka tidak dapat memenangkan apa yang mereka perebutkan.
       Semuanya ini memberikan gambaran yang nyata, bahwa perdukunan memang sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern.Hasilnya kini mereka yang pergi ke dukun kemudian percaya pada kekuatan magis dan menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status sosial: kelas bawah, menengah bahkan atas.Sensasi para dukun itu mampu melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak di antara mereka yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran rasional.Sebenarnya, dukun atau paranormal tidak ada bedanya, karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t mengemukakan, bahwa paranormal adalah nama lain dari dukun dan ahli nujum (Fathul Majid, hal. 338). Maka, dukun atau paranormal adalah dua nama yang saling terkait, kadang salah satunya menjadi penanda bagi yang lainnya.
                Padahal, di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jelas dan pasti, bahwa hanya Allah l yang mengetahui yang ghaib, adapun selain-Nya tidak.

Allah berfirman:“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)

Menurut pengalaman dan hasil survei Gus Wachid seputar praktik perdukunan yang ada di Indonesia, dukun-dukun yang ada itu ada tiga macam, yaitu :

1.    Dukun yang bisa menguasai jin.
        Gus Wachid berkata, "Saya pernah seperti itu. Jin itu bisa saya perintah. Dengan ilmu 'karamah' yang saya punya. Dengan konsentrasi penuh, kita mendatangkannya, kemudian kita bisa memerintahnya. Tapi luar biasa lelahnya setelah ritual itu selesai. Terkadang saya gunakan cara ini untuk mengobati orang yang terkena jin. Jadi saya gunakan jin untuk mengusir jin atau untuk mengetahui sebenarnya apa yang diinginkan oleh jin yang masuk dalam jasad orang itu.


2.    Dukun yang dikendalikan jin.
      Kata Gus Wachid, "Ciri kategori ini, biasanya yang bersangkutan harus kesurupan dulu dan itu bisa dikenali dengan suaranya yang berubah. Saya sempat akrab dengan orang-orang seperti itu. Saya pernah kemalingan, saya berusaha mencarinya tetapi tidak ketemu. Akhirnya saya pernah minta bantuan orang yang mempunyai kemampuan kategori kedua ini, di saat saya kehilangan mesin ketik.


3.    Dukun yang tidak bisa apa-apa.
     Mereka bisanya hanya goroh, gedabrus thok (hanya penipu, pembual). Gus Wachid berkata, "Wallahi, dukun kategori inilah yang paling banyak. Saya bisa mengetahuinya, karena kalau ada orang yang mengaku sakti, langsung saya cek dengan kekuatan 'karamah' yang pernah saya pelajari. (Sambil membuka telapak tangan di hadapkan ke orang yang dituju seraya baca wiridnya. Dan saya akan
     merasakan seperti kesetrum jika ada isinya)".
     Dukun kategori manapun, kita dilarang oleh Rasulullah untuk mendatanginya, bertanya kepadanya, apalagi membenarkan apa yang dikatakannya. Baik itu dukun mistik maupun dukun intrik. "Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal, ialu membenarkan apa yang dikatakannya. Maka ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkankepada Muhammad (al-Qur'an dan al-Hadits)." (HR. Ahmad dan dishahihkan al-Albani).

Dari semua hal yang telah dibahas dan diuraikan dalam Al-Quran semoga kita semua tidak terjerumus kedalam hal tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar